Jejak karbon, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi baik oleh suatu organisasi, event, produk maupun individu. Emisi karbon ini cukup berbahaya apabila jumlahnya besar karena dapat mengakibatkan pencemaran pada lingkungan. Oleh sebab itu, jejak karbon ini perlu diminimalisir keberadaannya.
Sebagai perusahaan pulp & paper ternama di Indonesia, PT Riau Andalan Pulp and Paper yg juga anak perusahaan dari Royal Golden Eagle Grup mengalami masalah pada jejak karbon yang timbul dari kegiatan produksinya. Sebab, menurut Swedish Enviromental Research Institute (IVL), jejak karbon pada industri dan produksi pulp and paper memiliki tingkat yang cukup tinggi. Yang mana, jejak karbon yang tinggi ini tentu saja berbahaya dan membawa dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar area operasional perusahaan. Memang, jejak karbon ini dapat diserap oleh hutan industri yang ada di sekitar perusahaan. Namun apabila terjadi secara terus menerus tanpa ada upaya untuk menanggulanginya, maka jejak karbon ini pun tetap menjadi sebuah ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup.
Sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk tak hanya sebatas mencari keuntungan bisnis semata melainkan juga memperhatikan kelangsungan alam dan lingkungan, PT RAPP pun mencari solusi demi mengatasi masalah tingginya jejak karbon yang dihasilkan oleh kegiatan produksi perusahaan. PT Riau Andalan Pulp and Paper pun mengeluarkan dana miliaran rupiah demi melangsungkan riset-riset terkait jejak karbon, menganalisis penyebab serta berusaha untuk menekan jejak karbon yang dihasilkan oleh perusahaan.
Baca juga https://jabber.rab.co.id/aanbae/sukanto-tanoto-menjadikan-royal-golden-eagle-bersahabat-dengan-masyarakat
Dari hasil riset yang dilakukan, PT RAPP akhirnya menempuh jalan untuk mengganti bahan bakar fosil sebagai solusi untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. PT RAPP menggantinya dengan bahan bakar methanol yang berasal dari limbah produksi pulp yang masih berbahan baku tanaman yaitu black liquor. Bahan bakar methanol yang tergolong dalam biofuel ini diyakini mampu mengurangi jejak karbon dan dampak negatifnya terhadap lingkungan, karena jenis bahan bakar ini lebih ramah lingkungan dengan tidak melepaskan gas karbondioksida apabila digunakan sebagai bahan bakar.
Namun demikian, PT RAPP tidak bisa begitu saja mengganti total keseluruhan bahan bakar dari proses produksi dengan biofuel yang terbarukan dan ramah lingkungan ini. Diperlukan proses serta tahap-tahap yang cukup menyita waktu demi perubahan bahan bakar proses produksi, tidak bisa dilakukan secara instan dalam sekejap mata. Kini, PT RAPP telah menggunakan bahan bakar methanol sebanyak 87% dari total bahan bakar untuk kegiatan produksi, sementara 13% sisanya masih menggunakan bahan bakar dari fosil. Meski belum bisa menekan jejak karbon yang dihasilkan secara maksimal, namun langkah yang diambil oleh PT RAPP ini membuktikan kepedulian perusahaan terhadap kelestarian lingkungan di saat perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama cenderung acuh terhadap jejak karbon yang mereka hasilkan.
Fokus mengurangi emisi ini tak hanya diberlakukan oleh PT RAPP saja melainkan juga oleh anak perusahaan yang tergabung dibawah naungan Royal Golden Eagle Grup seperti Bracell yang bergerak khusus di bidang pengolahan selulosa.
Komentar terbaru
10 tahun 47 pekan y.l.
13 tahun 25 pekan y.l.
13 tahun 26 pekan y.l.
13 tahun 26 pekan y.l.